1.
Semua orang pernah melakukan kesalahan, tiada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya, bahkan Nabi sekalipun, pernah melakukan kesalahan. Apalagi kita, Nabi bukan, malaikat juga bukan? Sudah barang tentu sering melakukan kesalahan, disadari atau tidak. Di akui atau tidak.
Kita pernah salah memilih kostum, ketika di undang ke pesta pernikahan. Salah masuk kamar mandi, seharusnya perempuan, malah lelaki. Salah mengetik hurur F malah menjadi huruf R. Salah memilih jurusan, mestinya jurusan teknik malah jurusan seni tari. Salah memasang kabel, salah posisi tidur akhirnya sakit leher. Salah makan, akhirnya pagi-pagi, mencret, dan teler. Salah, salah dan salah. Kita banyak melakukan kesalahan.
Sesungguhnya kita begitu sering melakukan kesalahan. Hanya saja, terkadang tidak jarang orang yang pada dasarnya benar melakukan salah, tetapi tidak pernah mengakui bahwa apa yang di perbuatnya itu salah. Para pejabat yang maling uang rakyat, tak pernah sedikitpun merasa salah, para ustad yang selalu saja mekampanyekan glamoritas di depan media televisi, sebenar-benarnya salah. Hanya saja, demi perjalanan dakwah, entah karir, dia tidak mengakui bahwa itu salah. Banyak sudah kesalahan yang disangkal. Sedikit saja orang yang bisa dengan cepat mengaku bersalah, sebagiannya lagi, mereka menunggu bahwa bukti dan penjelasan bahwa dia memang benar salah; dia tidak sadar. Dia begitu benar. Dia sedemikian benar.
Oleh karena itulah, Henri kembali menatap langit.
Dia hendak menanyakan kepada Tuhan, apakah yang dilakukannya itu salah atau tidak? Tentu saja, tidak ada jawaban dari langit. Bukan berarti Tuhan sedang sibuk, Tuhan tidak pernah sibuk. Tuhan tidak pernah ngantuk. Tapi juga Tuhan tidak pernah kentut. Hanya saja patut di ketahui, sudah lama Tuhan tidak lagi berkomunikasi dengan manusia lewat langit. Semenjak di hentikannya wahyu pada manusia yang bernama Muhammad.
Kendati demikian, Henri tetap menatap langit.
Pada kali kedua ini, Henri tidak menantikan jawaban. Karena dia juga tahu, bahwa langit tidak bakalan menjawab semua permasalahan manusia. Dia hanya melihat langit begitu luas. Seakan tidak ada ujung. Henri takjub dengan hal itu. Seperti halnya dulu, Henri terpaku melihat seorang perempuan yang berada di ujung jalan itu.
“kesalahanku adalah terlalu mencintaimu” gumam Henri.
2.
Ada dua tempat yang aku senangi untuk melepaskan penat; gunung dan laut. Dan aku sekarang berada di salah satu tempat yang aku senangi itu. Sebuah tempat yang ini adalah kali kedua aku singgahi, orang-orang disini menyebutnya sebagai pantai Widuri. Tetapi bagiku sama saja, tidak ada bedanya laut yang bernama Widuri dengan laut yang berada di Ciamis, atau Cikamiri? (adakah laut disana?). Dua-duanya sama-sama memberikan ketenangan, hanya kebersihan yang membedakan salah satu diantara keduanya.
Atau harga dagangan yang di perjualbelikan yang membedakan satu tempat dengan tempat lain; di sini, harga bakso lima ribu mungkin masih bisa tetapi disana, mungkin sudah tidak bisa. Satu tempat memberikan sebuah paradigma, sebuah persepsi, sebuah opini, sebuah cerita. Begitu juga dengan tempat lainnya, berbeda paradigma, berbeda pula cerita. Satu tempat, satu dunia. Tapi satu manusia bisa memiliki pelbagai macam cerita.
Seperti yang dilakoni Nurdin sekarang ini. Mendekam di penjara bukanlah sebuah jalan cerita yang ia ingin pilih. Tetapi golok yang ditemukan polisi sudah berada di tangannya dengan mayat tergeletak di samping, adalah sebuah bukti yang tidak bisa disangkal lagi. Bahwa dia adalah pembunuh.
“kesalahan saya adalah tidak tahu apa yang harus saya lakukan” pikir Nurdin di balik jeruji.
3.
Begitu juga yang terjadi pada Rahmi, seorang gadis desa yang jatuh cinta pada Toni seorang pemuda yang baru saja pulang dari tanah Betawi. Mereka berdua memadu kasih layaknya seorang belia yang sedang dimabuk cinta. Puja-puji romantisme sering dilontarkan Toni ke Rahmi, begitu juga Rahmi yang selalu menjawabnya dengan malu-malu dan sedikit manja. Satu bulan hubungan mereka dipenuhi suasana cinta yang sangat mulia. Seorang lelaki yang jatuh cinta pada seorang perempuan, bukanlah sebuah pelanggaran.
Namun ternyata persepsi cinta antara Toni dan Rahmi sedikit berbeda. Rahmi selalu berpikiran bahwa cinta itu adalah seperti yang dijalani Abah sama Ambunya, sedangkan Toni tidak. Toni yang sudah terdidik oleh pergaulan ala kota Metropolitan, Jakarte. Sudah melupakan cinta yang seperti itu. Toni lebih kenal dengan ayat suci yang sering di dengungkan salah satu Group Band, salah satu ayatnya seperti ini; Rasanya ingin malam ini, Menciummu hingga lemas, Rasanya ingin malam ini, Memelukmu hingga terlelap.
Hingga pada suatu saat, ketika mereka sedang asyik menatap sawah di sebuah gubuk yang lumayan jauh dari pemukiman. Hujan pun turun, membasahi sebagian baju Rahmi. Toni yang berdiri disamping Rahmi, entah kenapa kemudian merapat mendekat. Rahmi sempat mengelak. Tapi alasan Toni berhasil. Ia bilang biar lebih hangat. Rahmi tak berdaya. Ia merasa diperhatikan, merasa terlindungi. Awalnya tidak terjadi apa-apa selama tiga puluh menit. Namun kemudian, hujan turun begitu deras. Mereka berdua sedikit masuk ke dalam gubuk tersebut.
Tidak tahan melihat kemolekan tubuh Rahmi yang dibalut baju desa seadanya, betisnya yang begitu mulus dan putih, wajahnya yang kuyup, membuat jantung Toni berdegup, kalang kabut. Akhirnya Toni memberanikan diri, menempelkan bibirnya ke bibir Rahmi.
Dan begitulah awal mulanya semua terjadi.
4.
Tidak ada yang salah dengan kesalahan, yang salah adalah ketika kita tidak bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang kita lakukan. Tidak ada ruginya berbuat salah, yang paling rugi adalah ketika kita tidak bisa mengambil untung dari kesalahan yang kita kerjakan. Tidak ada salahnya berbuat salah, yang salah adalah orang yang terus menyalahkan orang lain sementara dirinya tidak pernah mau mencoba karena takut salah.
Tidak ada salahnya bertindak bijaksana, kalau gegabah sudah biasa. Tidak ada salahnya, mengikuti aturan rasul jika mengikuti pepatah filsuf hidupmu tidak berubah. Tidak ada salahnya orang lain benar, jika kita memang benar salah.
5.
“dan aku pikir ini bukan kesalahan” gumamnya suatu ketika.
….