"PERAYAAN TUBUH"



Tubuh. Apa yang terbayang ketika kata itu diungkapkan. TUBUH. Tubuh adalah mata, kaki, tangan, hidung, telinga sampai bagian intim sekalipun adalah bagian dari tubuh. Tubuh adalah jasad. Tubuh adalah tempat roh bersemayam.

Jasad adalah tempat jiwa menjajaki diri. Tubuh adalah diri kita. Lantas seberapa pentingkah kita membahas tubuh? Pertanyaan paling mendasar; kenapa kita mesti membahas tubuh tidak membahas mengenai kemanusiaan, mengenai ketertindasan, mengenai pelecehan ham… kenapa tubuh gitu? Ada apa dengan tubuh.
Secara tidak disadari dalam pembahasan kemanusiaan, keadilan, ketertindasan, pelanggaran HAM kita telah membahas perihal tubuh. Tidak percaya? Secara aksiologis, perjuangan keadilan, pembebasan dari ketertindasan pendeknya membincang tentang kemanusiaan bergaris lurus dalam memberikan pelayanan terhadap tubuh.

Sekali lagi. Tidak percaya? Mari kita lihat berbagai iklan yang tersebar dalam tayangan televisi, berbagai produk berkejaran untuk memberikan pelayanan terhadap tubuh. Dari ujung rambut sampai kaki semua telah disediakan untuk merawat tubuh. Kita telah memuja tubuh. Hal ini wajar, jika kita mau memakai logika men sana in conpore sano, di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Namun kayaknya, logika ini tidak masuk untuk Stephen Hawking, Kierkegaard dan para ilmuwan yang memiliki cacat fisik. 

Tetapi saat ini kita tidak akan membicarakan kecacatan tubuh dalam konteks tersebut. Tubuh itself adalah penyangga roh dalam beraktivitas, tanpa tubuh mana mungkin roh bisa makan, minum, buang air besar dan lainnya. Tetapi mana kala tubuh menjadi "dewa", segala-galanya, yang mendominasi kehidupan. Apa jadinya?
Memang tak bisa disangkal perayaan tubuh ini menjadi, seperti yang dikatakan Henda Riyadi, ciri utama dari kehadiran budaya post-modernisme adalah penghargaan yang luar biasa terhadap tubuh. Keberadaan tubuh semakin mendapat perhatian dan termanjakan melebihi perhatian terhadap yang lainnya, termasuk perhatian terhadap jiwa. Pemeliharaan jiwa terkadang lebih bersifat kamuflase (pengelabuan), hanya sekedar untuk memanjakan dan memperindah penampilan tubuh. Hampir seluruh aspek kehidupan seperti Politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi, sedemikian keras didorong bergerak untuk mendisiplinkan tubuh. Yaitu, menjaga, memelihara, mengawasi dan melindungi keadaan tubuh, baik kesehatan, kemolekan maupun kebebasan ekspresi atau penampilannya, dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki.

Hampir setiap lekuk dari tubuh kita sudah tersedia layanannya dalam bentuk produk. Mulai dari yang nggak penting sampai yang penting banget. Nietzsche menjelaskan "menurut saya, harapan untuk mengurangi rasa sakit melalui rangsangan emosional yang kuat merupakan motif fisiologis yang murni di balik semua ungkapan kekecewaan. Lebih lanjut, dia bertutur, keadaan berdosa bukan merupakan kondisi dasar manusia, melainkan hanya interpretasi religius-etis pada sakit fisiologis.

Jadi bagi Nietzsche, penyebab fisiologis semacam ini mungkin terdapat pada rangsangan yang diberikan kepada urat simpatis, atau pengeluaran empedu yang berlebihan atau kurangnya sulfat dan fosfat alkali di dalam darah. Oleh sebab itu, moral dan psikologi dapat menjelaskan melalui pemahaman mengenai badan atau fisiologi.

Secara tidak langsung Nietzsche ingin mengatakan dosa bukanlah hanya sekedar dosa melainkan kekecewaan [terhadap realitas pada umumnya] karena harapan yang tidak terwujud. Hal ini berakibat terjadinya gangguan-gangguan secara biologis dalam tubuh yang pada akhirnya mempengaruhi jiwa. Dalam sekilas pandang hal ini sangat mirip dengan metode psikoanalisanya Freud. 

Pandangan ini wajar saja terjadi mengingat pemikiran Nietzcshe berkembang pada zaman modern akhir, masa transisi ke alam post modern. Hal senada juga menjadi milik pandangan Foucault, baginya dalam zaman klasik [maksudnya modern] yang dipelopori oleh Rene dan absolutisme, ketika jiwa dan wacana terpisah dari badan [tubuh] maka pengetahuan dari luar berhubungan dengan badan melalui penggambaran dan rekanan langsung.
Selanjutnya, dalam genealogi yang di kembangkan olehnya merupakan persoalan dua proses; keturunan (Herkunft), mengenalkan secara sistematis pengertian badan, dan kemunculan (Entstehung) mengandaikan keterikatan kuno pada suatu kelompok yang dilestarikan dengan ikatan darah, tradisi atau kelas sosial. Gagasan Foucalt mengenai keturunan tidak mengandaikan adanya genealogi moral akan tetapi "genealogi badan". 

Nietszche dan Foucault, untuk menyebutkan beberapa adalah serangkai dua generasi, dua tokoh yang sering disebutkan sebagai peletak benih-benih postmo dan pengembang, di samping itu juga bisa disebut Deleuze, Lyotard, Derrida dan lainya.

Secara garis besar, bagi Foucault, Lyotard dan Deleuze teori postmodern berarti mengangkat narasi atau kisah melawan diskursus. Bagi teoritis Perancis, post modern menjadi keterpisahan dengan strukturalisme. Dan selebihnya dapat dikatakan teori sosial perancis masa kini dibagi menjadi dua kubu; kaum modern dan strukturalis seperti Barthez, Lacan dan Derrida yang inspirasinya bersifat Saussurean; dan kaum post modernis yaitu Foucault, deleuze dan lyotard yang bersifat nietzschean. 

Dalam membuka lembaran Sosiologi postmodern, pembahasan tubuh dan hal yang terkait dengannya menjadi sangatlah penting, disamping pembahasan mengenai bahasa yang akan diperluas menjadi simbol dan tanda. Dalam tanda, simbol akan memperoleh bentuknya dalam gaya serta indentitas sosial. Nah, untuk membangun peradaban perlu kiranya kita merespon keadaan zaman yang sumpek sekarang ini. Tulisan dalam edisi kali ini adalah bunga rampai yang akan berusaha memaparkan mengenai hal yang telah disebutkan diatas. Semoga bermanfaat. Wallahu 'Alam Bis Showab.

Bandung, 05 Juni 06
9:25

0 komentar:

Posting Komentar