Maulieri, Aku Menulis Lagi


Saya tidak tahu persisnya kapan, tapi semenjak settingan Facebook bisa menampung kalimat dengan sangat banyak. Semenjak itulah saya tergerak untuk menulis lagi.

Mungkin saya adalah salah satu orang dari berjuta-juta orang di dunia ini yang memiliki kebiasaan ketika membuka internet selalu membuka jendela Facebook selain beberapa jendela yang memang saya butuhkan untuk keperluan pekerjaan, atau keperluan yang lebih penting lagi. 

Memangnya Facebook tidak begitu penting? Saya pikir, ada kalanya Facebook penting sekali ketika memang ada yang memberi pesan atau informasi yang memang di kirim via facebook. Tapi facebook juga tidak terlalu penting, ketika kamu nongkrong kamu hanya membaca tulisan-tulisan yang seperti ini;

>> "dah bangundtt tp msh ngantuk sangadt euummmphht semangat duh dah adzan sholat dulu ah,met pagi :)"

>> Huuffft cebel dech...ue...




Alla kulli hal, facebook tetap facebook, kini membicarakan Facebook dalam teropong pro dan kontra sudah ketinggalan zaman. Basi, kemungkinan besar orang tidak bakal mendengarkan. Sebab sudah tidak ada alasan lain lagi selain menerima Facebook sebagai sebuah temuan yang sangat luar biasa, dan orang yang memiliki ide membuatnya bisa di katakan adalah seorang jenius di zamannya. 

Zaman sudah berubah, ungkapan klise dan klasik. Tapi, sungguh saya sendiri merasa mesti terus mengingatkan diri saya sendiri akan hal itu. Ketika dulu, sekali sempat saya mengunjungi bekas universitas dimana saya mendapatkan ijazah. Nyaris semua mahasiswa menjingjing laptop, nettbook, notebook atau apalah mangsa namanya, di pinggiran jalan mereka terkesan seperti seorang ilmuwan yang selalu suntuk memelototi layar komputer. 

Kemajuan yang sungguh luar biasa. Ketika saya kuliah, tidak ada pemandangan seperti itu, saya tidak tahu persis apa yang menjadi penyebabnya; apa harga laptop semakin murah? atau pendapatan mahasiswa semakin bertambah sehingga sudah bisa membeli barang tersebut? Atau hal itu sudah menjadi kebutuhan? Kebutuhan akan apa? Kebutuhan akan menulis, berinteraksi, gengsi, prestise, biar eksis, atau apa? Atau mungkin kepala saya yang belum berubah?

Ya, mungkin kepala saya yang belum berubah, pola pikir saya masih udik, masih ndeso, kolot, padahal zaman sudah jauh berubah. Kehilangan keperawanan di zaman sekarang itu sudah lumrah tidak patut lagi di pertanyakan. Status masih pacaran sudah merasakan hubungan badan itu sudah biasa, malahan orang yang belum pacaran yang seharusnya di pertanyakan? Apakah dia normal?

Karena yang normal sekarang adalah yang melakukan kebejatan, yang melanggar adat, tatakrama, yang perempuan kalau berbuasana itu tidak pake kerudung, kalaupun pake penutup yang modis dikit. Yang normal sekarang adalah yang melakukan hal-hal amoral. Karena panutan kita juga sudah tidak pada bermoral. 



Related Posts:

  • 31 Maret 2008"Manusia yang paling sadar adalah dia yang paling banyak merasa sakit. Dan yang paling cerdas diantara mereka adalah yang paling tampak kepucatan"-Jalaluddin Al-Rumi-Kita manusia pengcemas akan terus merasa gelisah dari gulun… Read More
  • 1 Januari 2007Jangan remehkan kata karena Kata adalah sosok yang hidup, sensitive dan mempesona-Ali Shari'ati-    Kumpulan kata ini adalah perjalanan kata-kata ku dari tahun 2006, selepas Nah, katadititiknol [2005; kumpulan puisi dan cerpe… Read More
  • 04 Agustus 2006Tak seperti gumpalan pada waktu itu. Pada saat ini ada yang berbisik, lebihnya bukanlah hal yang mengusik, lebih kepada hal yang mengisik-isik hati dan sanubari. Seperti sekerat daging yang digesek-gesek oleh pisau krek...kre… Read More
  • 20 Maret 2007"Hidup yang tidak dipertanyakan" demikian ungkap Socrates "tidak layak untuk dilanjutkan". Pemeo ini sangat klasik bahkan mungkin terkesan basi, bagi mahasiswa filsafat dan yang menekuni kajian filsafat ungkapan ini sudah san… Read More
  • 8 September 2006Scripta manent verba volant, "yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu sama angin".Katakata adalah senjata dalam mengungkapkan kebenaran, kebencian, keresahan, cinta, kemuakkan bahkan kesalahan, kejahatan… Read More