Madestya: 2

Dear, Ovi
di
Saujana
بسم الله الرحمن الرحيم

Setelah Salam.

Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan.

Pertama. Yang ingin saya nyatakan sekarang adalah; saya takut, kalau-kalau ada tindakan saya yang membuat Ovi tidak nyaman. Maka dari pernyataan ini menimbulkan pertanyaan, apakah ada dari tindakan saya yang membuat Ovi tidak nyaman? Pernyataan dan pertanyaan ini disertai dengan beberapa alasan.

Secara sosiologis, setidaknya saya memahami proses apa saja yang bisa membangun interaksi dan hubungan sosial, bagaimana membangunnya, apa saja bentuk dan pola-pola yang ada dalam hubungan sosial. Pemahaman ini membuat, saya sangat sadar bahwa ketika saya mengêdalkan 'ikrar', 'komitmen' atau apapun itu namanya dengan salah seorang perempuan.

Maka secara tidak langsung, atau paling tidak, saya telah berusaha menyatukan dua persepsi, dua paradigma, dua pola pikir yang berbeda tentang realitas sosial. Yang nanti pada akhirnya, secara ekstrim saya katakan bahwa saya telah berusaha menyatukan dua bagian dunia yang sama sekali berbeda. Kendati, motif dasar atau modus vivendi dari, yang saya katakan tadi, 'ikrar' adalah kesamaan.

Oleh karena itu, secara otomatis nanti pada operasionalisasinya. Segala tindakan, ucapan yang ada di dalam dunia saya akan selalu terkait-erat atau sengaja dihubung-hubungkan dengan dunia Ovi. Yang tidak menutup kemungkinan bahwa dunia saya sangat membuat dunia Ovi tidak berkenan. Maaf, sekilas untuk lebih memperjelas lagi apa yang saya maksudkan dengan dunia adalah tentang tindakan keseharian, ucapan dan segala apa yang telah diperbuat oleh saya.

Maka, sekali lagi saya ingin menanyakan, adakah perilaku yang membuat diri Ovi tidak nyaman? Kalaulah ada, dan mungkin pasti ada. Sebelumnya mohon maaf, selebihnya saya akan berusaha untuk memperbaikinya tetapi berkenankah untuk memberi tahu.
Kedua.

Maafkan, mungkin karena sikap dasar saya yang pemalu terhadap perempuan, terutama dalam mengkomunikasikan rasa. Maka ketika bertemu, jumpa, bersua dan bertatap muka hanya bisa hening dan diam. Sebenarnya banyak ucap, banyak kata yang mestinya tercurah tertumpah ruah tetapi pada akhirnya dan kenyataannya saya hanya bisa berbicara tanpa kata-kata, berkata-kata tanpa suara.

Tetapi dalam kegemingan-bungkam itu sebenarnya tersimpan rasa asing yang mungkin karena saking besarnya saya tidak bisa membicarakannya.

Last but not least, saya ingin mengucapkan pada tulisan ini yang SAYA JAMIN SERATUS PERSEN bahwa saya tidak bisa berbicara kata-kata ini dalam bahasa lisan.

"Saya, sayang sama Ovi … selamanya, "

Itu saja. Terimakasih.
Bandung, 12 September, 2006

Wassalam,


0 komentar:

Posting Komentar