Tentang Capres 2014

Sumber Foto Klik

"Buta terburuk adalah buta Politik. Orang yang buta politik tak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semua bergantung pada keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar, 'Aku benci politik!'. Sungguh bodoh dia, yang tak mengetahui bahwa karena dia tidak mau tahu politik, akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar, perampokan dan yang terburuk, korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negeri"-- Bertolt Brecht, Penyair dan Dramawan Jerman

Secara kebetulan saja, sedang berselancar di Facebook saya dapatkan quote di atas, menarik dan sangat menohok. Terlebih sekarang lagi rame-ramenya copras-capres (entah darimana asal mulanya istilah itu, tapi enak juga diucapnya). Quote itu cukup mencekik, karena saya termasuk barisan apatis terhadap politik, bisa dikata sinis, terhadap politik. Perlu saya luruskan dulu, sinisme saya terhadap politik adalah terhadap praktik politik, bukan politik sebagai discourse, saya tidak jijik membicarakan politik sebagai salah satu elemen sosial dalam kehidupan kita, tapi saya kembali menjadi jijik ketika membicarakan politik secara praktis, orang yang menjalankan politik itu sendiri. Politisi. 


Iya, bisa jadi karena itu salah satunya, karena tidak ada panutan politisi yang bagus, setiap hari saya selalu disuguhkan kabar buruk dari politik, tidak ada baik-baiknya. Menurut saya hanya ada dua peristiwa politik yang sangat berkesan, pertama adalah perampasan kemerdekaan dari penjajah, kedua reformasi tahun 1998 ketika menumbangkan rezim Soeharto. Setelah itu, ... lebih baik tidak usah dibicarakan lagi, karena hanya sumpah serapah yang bakal keluar dari mulut saya. 

Bisa jadi saya termasuk orang bodoh yang di katakan Brecht tadi, tapi sebenarnya saya tidak bodo-bodo amat sih, minimal saya juga tahu bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semua bergantung pada keputusan politik, dan salah satu cara untuk memakmurkan rakyat adalah dengan politik. Tapi saya mendadak jadi bodoh ketika, harus mengikuti satu persatu festival politik yang terjadi di negeri ini; pemilihan presiden. 

Saya sering mengikuti tweet nya Sujiwo Tejo, dalam salah satu tweetnya yang pernah saya baca, doi bilang, bahwa orang yang ngomongin politik itu orang jangka pendek, kalau orang jangka panjang obrolannya tentang cinta, begitu kira-kira. Di lain waktu doi juga bilang, orang yang sering ngomongin capres itu orang yang hidupnya bergantung pada capres itu. Nah, itu tweet yang paling saya seneng. hehehe. 
sumber gambar klik

Suka aneh juga sih, lagi rame-ramenya capres begini, apa tak membuang-buang waktu gitu, ngomongin yang gituan? heu heu di lain tempat saya pernah lihat gambar yang isinya seperti di samping ini, miris juga, mungkin juga iya memang benar. 

Kadang saya suka membayangkan, misalnya nih saya "ditakdirkan" suka sama salah satu pasangan presiden, katakanlah No 3 Pasangan Doi dan Doski. Nah saya bela habis-habisan pasangan itu, semua foto akun saya di media sosial di ganti dengan foto itu, yang pinggirnya ada no 3 berwarna merah, terus saya share berita-berita heroik tentang pasangan yang saya jagoin, tak lupa saya jelek-jelekin pasangan lawan, saya tutupin berita berita jelek tentang jagoan saya. Wih gerilya radikal. 

Di ujungnya nanti pas pemilihan, saya juga milih pasangan jagoan saya, sebagai bukti konsistensi, iman saya bener. Eh ternyata memang bener menang, Jagoan saya si Doi dan Doski menang. Terus setelah itu apa? Apa yang berubah dalam kehidupan saya? Dia jadi Presiden, saya mah tetap menjalani ordinary life. Apakah Doi yang jadi presiden tahu kalau saya udah habis-habisan membela dia? Saya share berita-berita baik tentang doi. So what? Waktu berlalu, dan ternyata kepemimpinan si Doi gak bener, eh harga-harga sembako gak ada perubahan. Doi malah bilang, Prihatin.

Tapi gak seru juga kalau semua orang berpikiran kaya saya tentang politik. Emang pasti ada aja sih, orang yang membela mati-matian buat hal, yang sebenarnya menurut kita gak benting, tapi mungkin buat dia penting. Mereka juga melakukan sesuatu dengan prinsip, kalau semua orang berpikiran kaya loe? siapa yang bakalan mikirin negeri ini coy?! 

Iya juga sih. Emang perlu juga cheerledars politik yang berkoar-koar tanpa pamrih, buat pujaan mereka. Mungkin ada kepuasan tersendiri dari mereka, ngisi waktu buat bela-belain jagoan mereka, karena mereka ada harapan pada doi. Ya mudah-mudahan saja harapan itu bener.

Tapi sampai saat ini, saya masih sepakat dengan Gie dalam soal politik, doi bilang kaya gini, "Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat, dimana kita tidak dapat menghindari diri lagi. Maka terjunlah!"


1 komentar: