Sajak Buat Dia, Mungkin (2)



Sayang, dulu aku mencintaimu karena kamu hening. Jadi sekalipun tidak berbicara, kita sudah tahu isi hati kita masing-masing. Tapi lama kelamaan aku jadi berpikir, kalau kita terus saja seperti ini, lambat laun kita akan berubah menjadi sesosok dua makhluk asing.

Sayang, sekalipun kita sudah bisa membaca masing-masing isi hati kita berdua. Terkadang, perkataan di butuhkan juga untuk mengkonfirmasi apa yang kita terka. Mungkin saja selama ini aku salah menerka apa maumu, begitu juga kamu karena kita berdua sudah terlanjur jarang bicara dan hanya mengandalkan insting kita yang dinamakan cinta.

Tapi cinta ternyata tidak lebih dari alibi untuk menggapai apa yang tersembunyi di balik celana dalam kita masing-masing, setelah kita mendapatkannya kita bahkan lebih sinting daripada anjing. Lupa segalanya. Yang ada hanya keluh, keringat dan semburan air yang kita berdua sepakati itu bukan air kencing.

Kalaulah itu air kencing? Pasti bau pesing. Dan aku tahu kamu sangat tidak suka dengan hal-hal jijik semacam itu. Kamu suka pening. Mencium bau asap rokok saja, bawelnya kamu sudah minta ampun.  Apalagi mencium bau pesing? Entahlah kamu bakal minta apa.

Sayang,  aku sangat mencintaimu. Engkaulah segala-galanya bagiku. Entah kehidupan mau bicara apa.[]


0 komentar:

Posting Komentar