PERPINDAHAN



230204

Tadi siang aku bertemu dengan aktivis perempuan. Aku lewat pulang dari perpustakaan, kebetulan waktu itu sedang diperingati hari Kartini. Mereka semua melakukan demo damai, semacam demo penyadaran. Salah satu aktivis itu adalah temanku.

Dengan berapi-api dia menuntut persamaan hak; singkatnya isu gender. Gender? Aku tak tahu arti lebihnya apa, yang jelas 'pemahaman' ini membuat para perempuan kebakaran 'jenggot'[?] dia menyatakan bahwa laki-laki telah menghisap dan mengeksploitasi kaum perempuan.

Eksploitasi? Menghisap? Apa yang dihisap? Apa yang dieksploitasi? Buktinya aku masih dibingungkan dengan label 'jomblo'. Sekarang posisinya siapa yang dihisap dan siapa yang mengeskploitasi kalau aku juga merasakan ketertindasan dengan tidak mempunyai pasangan, tempat berbagi keluh kesah. Aku juga tersiksa ketika melihat mereka berpakaian minim, tempat meluncurkan darah sampah. Jangan kira lelaki tidak sengsara. Aku katakan; lelaki tertindas ketika kamu BEGITU. Aku jadi tak mengerti apa yang mereka inginkan. Aku jadi sedikit ngobrol dengannya.
"Coba lihat di iklan" katanya menceramahiku, bibirnya yang tipis bersilat.

"Tolong kau lihat iklan di tv, iklan mana yang tidak memakai model perempuan. Sampai iklan yang tidak ada hubungannya langsung dengan perempuan pun mereka tetap memakai jasa perempuan"

"Aku kira itu hal yang wajar dan tidak bisa digolongkan dengan pengeksploitasian. Terus manakala proses iklan itu belum jadi, sebetulnya, ada kesepakatan antara si model dan produser. Jadi hemat saya, tidak bisa digolongkan dengan pengeksploitasian. Kenapa juga perempuannya mau?" kilahku

"Itulah, karena kita sudah kadung menganut ideologi patriarkha" jawabnya. Dalam hatiku memaki, "apa juga istilah patriarkha? apa maksudnya itu?". Agar tidak kelihatan bego aku langsung menjawab "terlepas dari ideologi yang anda sebutkan tadi. Bisa ditarik kesimpulan bahwa kaum kami, kaum pria, tidak bisa disebutkan sebagai terdakwa. Sebab ternyata banyak kaum hawa yang nggak nyadar! Jadi mending introspeksilah "

Kuhentikan obrolan itu sebab sudah menjurus kepada perdebatan kusir yang tiada akhir. Aku sudah mencium bau tidak enak dalam dialog ini. Aku langsung meluncur pergi tanpa salam.

240506

Semenjak obrolan terakhir kami itu, aku tidak pernah melihatnya lagi di kampus. Aku tidak melihat dia lagi berdemo, menuntut dan melestarikan isu kesetaraan gender. Sebenarnya aku juga menaruh hati kepadanya tapi sayang Kemanakah dia, tanyaku penasaran. Sebab dia itu termasuk aktivis paling depan yang memperjuangkan isu gender ini.

Seiring dengan itu, aku menjadi tertarik dengan isu gender yang temanku kumandangkan dahulu. Aku mulai menyadari bahwa memang ternyata perempuan selalu dinomor duakan, menjadi makhluk pelengkap. Apalagi dalam pepatah sunda ada yang menyatakan bahwa perempuan akhir-akhirnya juga pergi ke dapur jadi nggak usahlah sekolah luhur-luhur. Ini mengindikasikan bahwa perempuan itu makhluk lemah, nggak bisa mikir. Cukuplan sumur-dapur-kasur. Kasian amat.

Setelah pemahaman itu meraksuk dalam nadiku, aku menjadi getol mengikuti kajian gender dimana-mana, meski tidak ngarti aku manggut-manggut saja pura-pura ngerti supaya tidak dibilang bego. Jaga IMAGE bahwa lelaki emang kerjaannya mikir! Jadi kalau nggak bisa mikir mending berhenti deh jadi lelaki! Jadi perempuan aja!

Meski masih gelisah, kali ini aku sedang mengisi lembar pendaftaran untuk memasuki sebuah organisasi. Organisasi yang concern terhadap isu-isu perempuan. Aku isi Nama; Irlan, Jenis Kelamin; Lelaki dan seterusnya. Aku sudah memikirkan hal ini dan tekadku cukup bulat untuk memasuki organisasi ini. Meski aku lelaki, tapi bukan berarti aku tidak diterima.

Sesudah mengisi lembar pendaftaran aku pulang, mempersiapkan segala kebutuhan buat esok.

Dalam perjalanan rumah aku terus berpikir dengan sangat, benarkah langkahku masuk organisasi ini? apa yang aku inginkan sebenarnya?

Aku belum mengerti sebenarnya apa itu gender, Bagaimana gender, Aku tak tahu bagaimana posisi perempuan dalam gender, bagaimana ia bisa tertindas, Kenapa ia memperjuangkan dirinya mati-matian untuk mendapatkan kesetaraan, Entah kenapa mereka lakukan semua itu, kesetaraan apa dan bagaimana yang mereka maksudkan apakah memang keadaan mereka benar-benar tertindas ataukah hanya tipu daya untuk memperoleh keuntungan yang lebih banyak. Entahlah aku tak mengerti semua itu.

Aku terus mengawang-awang, mencari-cari jawaban. Kenapa dan kenapa. Tak terasa aku tiba di kosan. Aku baringkan badanku diatas kasur dan hanyut dalam permenungan.

Yang aku tahu bahwa seorang perempuan adalah seorang perempuan, sebagaimana manusia lainnya ia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Rako Prijanto mengatakan bahwa perempuan datang atas nama cinta dan aku juga percaya itu. Lelaki mana yang tega menindas perempuan.

Bagiku perempuan adalah keindahan, ketentraman, unik dan misterius. Kuat sekaligus lemah, lemah tetapi sangat kuat. Dalam Fifth Mountain Coelho mengatakan perempuan mampu merubah keadaan sebuah negara, mampu merubah sikap keberagamaan. Masalah mengenai perempuan sangat sensitif bahkan kerap kali berbuntut konflik.


Perihalmu sangat menarik, aku tak mengerti kenapa bisa terjadi konflik antara perempuan dan laki-laki. Padahal keduanya diciptakan untuk saling melengkapi tanpa sedikit pun mencela. Kenapa Tuhan menciptakan lelaki dulu tidak perempuan? Mungkin kalau perempuan yang diciptakan lebih dulu keadaan akan berbalik. Lelakilah yang akan menuntut kesetaraan, kalau itu permasalahannya. Tetapi aku ira bukan itu intinya. Tidak menjadi masalah siapa yang dahulu diciptakan.

Kenapa perempuan selalu [seolah-olah] dijadikan makhluk kedua dalam kehidupan, apa yang dirasakan oleh perempuan, apakah mereka sakit hati. Tanpa disadari permenunganku semakin dalam sehingga tidak disadari mataku tertutup. Tidur.

Alarmku berbunyi kulihat jam lima pagi. Kegiatan OPAB baru akan dimulai pukul delapan. Kubuka mataku, kuhirup nafas. Kuucapkan selamat bahwa AKU MASIH HIDUP. Tapi badanku pegal-pegal, seakan berat. Mengeliat malas di atas ranjang. Aku bangun. Namun, aku merasakan hal yang aneh, tak sadar kulihat kakiku tak seperti biasanya; mulus. Langsung kuraba dadaku, mengembul seperti daging jadi, tak biasanya. Aku loncat, bangun kumasukan tanganku ke dalam celana dalam. Rata. Masih tidak percaya dengan rabaan ku. Kuamati dengan seksama dan ternyata; masih rata. Kulihat wajahku di cermin; CANTIK. Apa yang terjadi kepada diriku. Tanya batinku lirih.

250709

Namaku berubah menjadi Irlanda dengan jenis kelamin perempuan. Entah apa yang terjadi malam itu yang jelas telah merubah kehidupanku selamanya. Aku mempunyai dua anak dari pernikahanku. Suamiku adalah temanku dahulu yaitu aktivis perempuan. Konon katanya dia merasa jengah, bosan dan stress maka ia memutuskan untuk merubah jenis kelaminnya menjadi lelaki. Sekarang ia menjadi lelaki sepenuhnya. Dan memberikanku dua orang anak. Namanya berubah menjadi Steve dari Stevi. Akankah Tuhan mengikuti jejak langkahku, menjadi perempuan?

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui…
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
-gie

0 komentar:

Posting Komentar